“Bukan menjadi penonton di atas negerinya. Karena Tuhan tidak keliru memberikan semuanya ini kepada orang Papua,” kata dia, dalam sebuah percakapan bulan lalu.
Yance mengatakan penciptaan lagu itu diinspirasi dari wilayah adat Meepago. “Walaupun saya orang Biak, tapi lagu ini terinspirasi dan sumbangan dari Meepago,” kata Yance.
“Saya ciptakan lagu ini bulan November 1985 di bukit Gamei, distrik Topo, Nabire. Saat itu saya berumur 22 tahun 1 bulan, saya ditempatkan sebagai seorang guru SD di Sinak, Puncak Jaya (dulu Paniai). Selama tiga tahun saya tinggal di sana saya tidak mengenal nasi, uangpun tidak. Saya hanya makan minum bersama masyarakat Sinak dengan air yang mengalir dari gunung sehingga inspirasi sayapun berkembang bahwa Tuhan memberikan tanah ini kaya tapi tidak mungkin Tuhan memberikan, orangnya berkekurangan,” tutur Lelaki kelahiran Sorong, 22 Juni 1953 itu.
Menurutnya, syair lagu yang dulunya dianggap tak mungkin, kini sudah terbukti, walaupun karya ciptanya itu pernah tak dihargai, bahkan diklaim diciptakan orang lain.
Tak kenal menyerah, ia terus berjuang mempertahankan hak ciptanya. Akhirnya lagu itu menjadi sangat populer saat ini.
Satuharapan.com yang mencoba menelusuri lagu Tanah Papua di youtube, menunjukkan betapa lagu tersebut sudah sangat populer, dinyanyikan oleh berbagai penyanyi, profesional maupun amatir.
Yance juga mengoreksi lirik lagu tersebut yang dinyanyikan secara keliru oleh beberapa penyanyi. Salah satunya adalah kelompok penyanyi Trio Ambisi.
Kekeliruan Trio Ambisi tersebut ternyata kemudian menyebar dan berulang diikuti oleh penyanyi-penyanyi lain tatkala menyanyikan Tanah Papua.
“(Liriknya) bukan 'syo ya Tuhan', tapi 'oh ya Tuhan', karena ini adalah suatu ucapan syukur kepada sang pencipta. Dan bukan 'Kau kupuja' tapi 'Yang kupuja', karena ini mensyukuri apa yang Tuhan berikan kepada kita yang ada di atas tanah Papua ini,” jelas Yance, menyebut potongan lirik yang keliru dinyanyikan oleh Trio Ambisi.
Menurut Yance, ia menggunakan alam Papua sebagai sumber inspirasi berkarya.
“Perjalanan di tengah belantara pegunungan, pesisir, lembah dan ngarai adalah bagian dari seni kehidupan. Bagi saya, alam adalah sumber inspirasi dalam setiap karya,” bebernya.
Ia mengakui, hutan yang adalah paru-paru dunia kini terancam habis. Gunung yang mengandung emas dikeruk hingga tak bersisa. Jika demikian bagaimana kelak nasib gunung, hutan, dan air sungai yang jernih itu. Ia khawatir kelak hanya menjadi nyanyian kosong.
Ditambahkan, meski belum ada pengakuan terhadap karya ciptanya, Yance Rumbino merasa puas karena lagu yang dirilis berdasarkan renungan panjang atas realita Tanah Papua itu kini dijadikan sebagai lagu persatuan Papua. Bahkan dalam menyanyikannya pun, seperti misalnya saat acara-acara penting, lagu tersebut dinyanyikan penuh khidmat dengan posisi berdiri dan tangan diletakan di dada.
Editor : Eben E. Siadari
Artikel ini telah tayang di satuharapan.com dengan judul "Lagu Tanah Papua Ajak OAP Jadi Tuan di Negerinya Sendiri", Klik untuk baca: <a href="https://www.satuharapan.com/read-detail/read/lagu-tanah-papua-ajak-oap-jadi-tuan-di-negerinya-sendiri?mibextid=NOb6eG&fbclid=IwZXh0bgNhZW0CMTEAAR27X_5MBRUXO8ckR7HPTYluLCq5iSFzMwKXwmnZQpkX8AEK8dmoAF1Mwxs_aem_AbhYI66vdrw6vg3NtuB4sbxStpGtshwLatbNiw3hMKOFAm_XbEqv07tJFhhNY29PcGpFEYjODLZpY4IORSrnqpAj">https://www.satuharapan.com/read-detail/read/lagu-tanah-papua-ajak-oap-jadi-tuan-di-negerinya-sendiri?mibextid=NOb6eG&fbclid=IwZXh0bgNhZW0CMTEAAR27X_5MBRUXO8ckR7HPTYluLCq5iSFzMwKXwmnZQpkX8AEK8dmoAF1Mwxs_aem_AbhYI66vdrw6vg3NtuB4sbxStpGtshwLatbNiw3hMKOFAm_XbEqv07tJFhhNY29PcGpFEYjODLZpY4IORSrnqpAj</a>Penulis : Yamoye AB
Penulis: Yamoye AB
No comments:
Post a Comment