Dalam artikel sebelumnya mungkin di blog ini atau mungkin di blog kisah.us bahwa saya terkena tipu oleh supir bandara internasional I Gusti Ngurah Rai Denpasar Bali. Waktu itu saya bilang saya diantar 3 menit dan ditagih Rp. 150.000,- dengan dalih sudah tunggu antri di airport
Tentu saja saya tahu mereka yang mengantri biasanya diberi nomor antrian dan memiliki counter yang mengatur antrian. Inilah yang berlaku di bandara internasional Kuala Lumpur dan Singapore. Mereka sebagai bandara internasional sangat tertib.
Kalau saya bandingkan Bandara internasional Soekarno - Hatta Cengkareng Jakarta dengan Denpasar Bali saya harus terpaksa akui bahwa bandara internasional Cengkareng lumayan lebih bagus daripada Denpasar
Saya harus subjektif karena saya pengguna bandara tidak ada urusab sosial budaya politik.
Begitu saya ditawari bertubi-tubi oleh para supir "liar" saya menolak dengan halus, "saya mau berangkat".
Ya, saya bilang mereka supir liar terutama karena mereka tidak belajar mencati nafkah dengan mengantri secara teratur di mana penguasa bandara sudah menyediakan layanan dengan baik.
Dengan mengantre kita belajar budaya tertib dan bisa saya katakan bagian dari peradaban juga. Dengan mengantre kita berikan rasa nyaman kepada orang seperti saya yang jumlahnya tidak terhitung setiap hari. Pasti ada yang menjadi korban seperti yang saya alami.
Dengan mengantre kita tunjukkan kepada Tuhan bahwa kita tunduk kepada hukum alam dan nasib, manusia berusaha Tuhan menentuka.
Saya berdoa kiranya tulisan ini berguna dan kalau ada komentar silakan sampaikan kepada saya di blog ini.
Hormat
No comments:
Post a Comment