Ilustrasi (google) |
Saya sebenarnya sudah harus tahu hal ini, saya tidak boleh atau harus menghindari sekuat tenaga dalam yang saya miliki untuk tidak mengambil sopir yang pura-pura pakai identitas asli sopir bandara dan meminta langsung dia bawa tanpa menyebut harga atau sebelum negosiasi apa-apa.
Maksud saya pertama hindari atau tolak ajakan sopir pasal (palsu tapi mengaku asli) . Ciri pertama sopir pasal ialah dia punya energi memaksakan atau mendesak kita ikut dia. Kedua, dia tanpa diminta atau ditanya mengaku asli sopir bandara. Kok siapa yang nanya apakah anda sopir aski? Malah dia sudah jawab tanpa ditanya. Ini gejala kelainan. Awas! Ketiga dia langsung mau pegang bagasi Anda. Hentikan dia memegang barang bawaan Anda. Kakau tidak dia tahu cara mengalah hingga Anda harus ikut dia
Kalau Anda lihat tiga tanda ini harus Anda hentikan dia dengan sekuat tenaga dan kemampuan alami yang Tuhan telah anugerahkan sejak lahir. Kalau Anda kompromi saya minta maaf jangan salahkan saya, apalagi salahkan nasib atau lebih salah lagi salahkan Tuhan.
Saya sampai tiba di tempat penginapan yang jaraknya hanya 5 menit dari airport sang sopir pasal dengan nada suara memaksakan katakan saya harus bayar 150.000,- karena itu tarif bandara. Tanpa saya minta lantas dia keluarkan kartu tanda sopir bandara.
Saya terpaksa harus bayar 150.000,- setelah berada di dalam mobilnya selama 5 menit.
Saya harap kisah sial saya dk Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Denpasar Bali Indonesia ini menjadi pelajaran dari sang guru terbaik dan orang yang membaca tulisan ini selamanya terhindar dari kerusakan pelayanan yang ada di bandara yang selama ini saya kagumi dan kampanyekan sebagai salah satu airport terbaik di Indonesia.
Sampai dengan saat saya tulia kisah ini saya masih menempatkan bandar udara internasional Adi Sucipto Jogjakarta sebagai bandar udara terbaik se Indonesia.
Saya undang Anda setuju bahwa Bandara Jogja lebih bagus daripada di Bali kan?
1 comment:
Saya harap orang Papua baca tulisan ini karena kita kurangi rasa tidak senang, rasa gelisah, rasa marah keapda orang sembarang yang kita anggap tidak pas dengan cara kerja dan pengalaman kita di Tanah Papua. Kalau kita kenal setiap orang di mana mereka berada dan tahu kelakuakn mereka, maka kita akan menikmati itu walaupun tidak enak rasanya
Post a Comment