Saya sangat bersemangat kunjungi Papua New Guinea menyusul kunjungan Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe baru-baru ini ke Port Moresby dan beberapa kota atau provinsi lain di Tanah Papua bagian timur ini.
Bamyak pembicaraan dilakukan seputar hubungan ekonomii dan saya sebagai pengecer Kopi Papua mau belajar banyak dari Papua New Guinea yang saya dengar sudah punya puluhan brand produk Kopi.
Semangat itu cukup terganggu lantaran pesawat yang harus membawa kamk ke Port Moresby menunda penerbangan hingga 12 jam lebih. Seharusnya berangkat malam tadi ditunda jadi berangkat siang keesokan harinya.
Akhirnya dan akibatmya saya menjadi terlantar selama beberapa jam di airport Ngurah Rai Denpasar Bali.
Kami kemudian diantar ke hotel dekat bandara. Ada yang menarik, Air New Guinea perintahkan receptionist untuk mewajibkan penumpang harus berdua an dalam satu kamar. Wah seperti di asrama tahun 1980an di mana Anda ditempatkan hidup dengan orang yang Anda tak pernah kenal sejak lahir.
Keesokan hari kami pun dijemput untum terbang.
Menarik saya alami ada yang bicara dengan saya dalam bahasa inggris ada yang dalam bahasa Indonesia dan ada juga bicata dengan saya dalam Tok Pisin yaitu bahasa pemersatu dan lingua franca ras Melanesia mulai dari Raja Ampat sampai ke Willis Futuna.
No comments:
Post a Comment